Kamis, 23 Juli 2009

UNEG-UNEG

Mengarang merupakan bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia di SD, setidak-tidaknya itu yang saya alami 20an tahun yang lalu.
Mengarang juga menulis seperti yang saya lakukan sekarang dan herannya sudah puluhan tahun lamanya yang namanya menulis itu ternyata masih saya rasakan nggak gampang.
Padahal hanya menuangkan apa yang ada dalam hati ke kepala dan dituangkan lagi kedalam bentuk tulisan, tetapi tetep saja masih merasa kesulitan, kikuk dan kaku. Kenapa ya..?
Dalam pergaulan sehari-hari tidak ada hambatan yang berarti dalam penyampaian isi hati ke orang lain melalui berbicara.
Bukankah menulis itu juga berbicara..

Saya sangat salut dengan teman-teman bloger, penulis buku cerita, wartawan dlsb yang bisa membuat pembacanya hanyut mengikuti alur cerita yang ditulisnya.
Bisakah saya seperti kalian?
Untuk saat ini baru langkah ini yang bisa saya lakukan yaitu berani menulis.., inipun dengan awalan yang berat, sehingga kalau boleh saya simpulkan bahwa bagian yang terberat dari menulis adalah memulainya.
Memulai untuk menulis satu kata dianjutkan dengan satu kalimat dan seterusnya.

Dan hasilnya adalah:
“Saya harus banyak belajar dari teman-teman semua agar bisa menjelma mejadi seorang bloger dan masih memiliki keberanian untuk menulis”
Setidak-tidaknya tulisan ini bisa terbit hari ini..

Selasa, 14 Juli 2009

ANTREAN DAN JOKI ANTRE..

Jum’at minggu lalu saya pergi menabung di BCA di sebuah gedung perkantoran didaerah Karet, Jakarta Pusat. Di pintu masuk satpam menyapa dengan sapaan standar, antrean cukup panjang karena hari itu hari Jum’at. Hitung-hitung saya antrean yang ke Sepuluh dari antrean terdepan,.saya lihat Teller yang melayani nasabah ada 2 orang, jadi antrean bergerak maju sangat pelan kurang lebih 5 menit untuk satu orang antrean. Itu berarti saya akan dilayani oleh petugas Teller 50 menit lagi.. sabaar (saya bicara sendiri dalam hati). Tidak berapa lama kemudian antrean sudah berjumlah 16, hhhmm.. saya termasuk yang beruntung.

Disaat saya berada diurutan ke 6, pengantre terdepan ternyata seorang Joki antrean. Jadi ketika dia sudah berada diurutan terdepan dia digantikan oleh orang lain yang mungkin temannya/pemanfaat jasanya (dasar pemalas!.. atau mungkin orang itu tidak kuat berdiri lama sehingga diantrekan orang lain).

Sudah 30 menit berdiri saya masih diantrean ke 4, sabaar...

Ketika maju di antrean ke 3, kembali lagi pengantre terdepan digantikan lagi oleh orang lain alias ternyata dia juga seorang Joki antrean. Enak bener tuh orang, dengan kaki yang sudah mulai pegal rasanya iri dibuatnya. Kok bisa ya antrean dibongkar pasang seperti itu, atau jangan-jangan saya yang katro alias ketinggalan jaman.


Saya jadi terpikir, ini bisa dijadikan lahan bisnis baru, dari pada jadi Joki Three in One atau mengemis lebih baik membisniskan antrean alias jadi Joki antrean. Tinggal disepakati dengan kode/seragam khusus dengan tarif tertentu pasti ini menjadi lahan pekerjaan baru, toh selama ini juga Satpam tidak peduli dengan hal semacam ini.

Kalau diingat-ingat kembali, ternyata antrean di Bank jaman dulu jauh lebih manusiawi dari jaman sekarang. Ketika kecil, saya diajari menabung oleh ayah saya, waktu itu nasabah yang datang mengumpulkan buku tabungannya kepada petugas Bank dengan pengurutan dari siapa yang datang duluan. Untuk nasabah disediakan kursi empuk selama menunggu panggilan Teller. Mungkin karena buku tabungan harus diketik manual dan dicatat disebuah buku, sehingga perlu waktu yang cukup lama.

Seiring dengan era komputerisasi perbankkan kursi untuk nasabah ditiadakan dengan asumsi pelayanan berlangsung cepat.

Jaman terus berubah, untuk saat ini Joki antrean sudah dirasa perlu untuk Bank dengan pelayanan seperti cerita diatas (padahal saya sebel ngelihatnya), sambil nolongin wong cilik mencari Income.

Kembali keantrean semula, akhirnya saya sudah diantrean terdepan. Pas pada giliran saya maju ke Teller, saya harus mengalah dengan nasabah VIP yang tidak masuk dalam antrean. Sepertinya si VIP mendaftar melalui CSO kemudian nama ybs dipanggil oleh Teller yang seharusnya melayani saya yang sudah menunggu dan berdiri hampir 1 jam lamanya. Pegel plus dongkol jadinya.. (kali ini saya menggerutu)